Demi hidupmu, tidaklah suatu negeri sempit karena penduduknya,Kutipan syair diatas mengisyaratkan bahwa leadership (kepemimpinan) sangat menentukan kondisi suatu negara. Negara yang kuat pasti memiliki pemimpin yang hebat. Lalu, bagaimana caranya agar negara bisa memiliki pemimpin hebat?
Tetapi yang menjadikannya sempit adalah akhlaq para pemimpinnya.
(Noname)
Sekolah adalah salah satu institusi yang bertanggungjawab dalam hal ini. Pelatihan kepemimpinan harusnya masuk dalam kurikulum sekolah dan diimplementasikan oleh guru melalui kegiatan pembelajarannya.
Sejauh ini, pembelajaran leadership baru dilaksanakan di tingkat sekolah menengah dengan dibentuknya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) itupun baru sebatas kegiatan ekstrakurikuler. Dan kebanyakan untuk tingkat Sekolah Menegah Pertama (SMP) keberadaan OSIS belum sampai menjadi kesadaran siswa untuk melaksanakan tapi masih sebatas penunjukan dari pihak sekolah.
Baru di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) saja, siswa mendapat porsi yang lebih besar dalam menentukan keberadaan OSIS. Dengan kondisi seperti ini wajarlah jika para pelajar Indonesia masih lemah sisi leadership-nya. Maka, jika perlu harusnya leadership menjadi bidang studi sendiri atau minimal menjadi kegiatan intrakurikuler di semua sekolah.
Pentingnya Pelatihan Kepemimpinan Sekolah Dasar
Mungkinkah bisa pembelajaran leadership di insert di kurikulum Sekolah Dasar (SD)? Jawabannya adalah bisa saja, tergantung pada pihak sekolah dan guru yang melaksanakannya.Terkait kurikulum, sejak 2006 ketika pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahap awal, pemerintah sudah mengisyaratkan bahwa setiap sekolah boleh menyusun sendiri kurikulum jika mampu.
Jika belum mampu, sekolah bisa menggunakan kurikulum yang sudah disusun Depdikbud atau menduplikasi dari sekolah lain yang memiliki kesamaan visi dan misi dengan sekolah tersebut. Artinya, pemerintah sangat terbuka dengan kurikulum yang diterapkan di tiap sekolah, termasuk dalam hal ini jika sekolah menginginkan porsi lebih dalam hal pelatihan kepemimpinan boleh saja sekolah menyusun sendiri kurikulumnya.
Ketetapan ini berlaku umum, termasuk didalamnya sekolah tingkat dasar juga bisa mensikapi ketetapan ini dengan menyusun kurikulum yang khas di sekolah masing-masing.
Ada sebuah analogi yang patut direnungkan untuk memahami dan meyakinkan mengapa leadership harus di insert-kan mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar. Siapa yang tidak kenal dengan Tiger Woods. Ia adalah legenda hidup olahraga golf.
Di usia yang masih muda ia telah menjadi pegolf nomor wahid sedunia dengan penghasilan besar sehingga iapun masuk daftar orang terkaya sedunia. Pernahkah terpikir mulai kapan ia belajar golf dan punya keinginan menjadi pegolf dunia?
Ternyata, ia sudah berlatih golf sejak usia dua tahun dan bermimpi menjadi pegolf terbaik sedunia ketika dia berusia delapan tahun atau usia siswa kelas dua SD.
Dari analogi diatas ada satu pelajaran penting yang bisa diambil. Untuk menjadi orang hebat harus melakukan latihan sejak kecil. Sehingga jika diinginkan akan lahir pemimpin hebat dari pelajar Indonesia, harus diadakan pelatihan kepemimpinan sejak jenjang pendidikan terendah atau paling tidak sejak jenjang pendidikan SD. Oleh karena itu layak dicoba untuk dibentuk OSIS di tingkat SD.
0 comments:
Post a Comment